Siswa Banyak Yang Melanggar Aturan, Waka Kesiswaan Akui Kedisiplinan Siswa Semakin Menurun


(gambar siswa yang melanggar tata tertib )

Liputan: Wahyudi (@guswahyudi)

Jawara, Ambarawa- Apel pagi setiap sabtu merupakan rutinitas di SMAN 1 Ambarawa selain upacara bendera hari Senin. Para siswa dituntut untuk disiplin dengan masuk pukul 07.00 setiap senin dan sabtu. Namun sayang, tujuan awal tersebut tidak dapat terimplementasi dengan sempurna walaupun sudah diterapkan hampir kurang lebih selama tiga tahun. Terbukti dengan jumlah siswa yang terlambat dan tidak memenuhi atribut yang diwajibkan selalu ada, dan terkadang jumlahnya bertambah. Seperti pada apel pagi hari Sabtu (26/08), para siswa banyak yang terlambat dan tidak memakai atribut lengkap. Ketidak disiplinan ini turut di komentari oleh Pembina pramuka, Wahyu Widiastuti, bahwa penyebabnya adalah sekolah kurang tegas dalam memberikan sanksi terhadap siswa yang melanggar, “Menurut saya mereka banyak yang melanggar karena memang sekolah kurang tegas dalam memberikan sanksi,” tutur Wahyu. Ia juga menambahkan bahwa, faktor bawaan dari SMP juga cukup mempengaruhi kebiasaan tidak disiplin siswa, “Rata-rata yang melanggar itu kelas sepuluh, mungkin bawaan dari SMP juga,”tambahnya.

Beberapa guru pun turut berkomentar, mereka berkomentara bahwa ketegasan sekolah dalam menindak siswa yang melanggar sangat lemah. Mereka berharap agar sekolah lebih tegas lagi dalam menindak siswa yang melanggar tata tertib sekolah, “Sekolah tidak tegas, karena hukumannya hanya paling disuruh menghafal pancasila, menyanyikan lagu nasional dan lainnya. Itu tidak membuat jera, seharusnya lebih tegas lagi,” tutur guru yang enggan disebut namanya. Maulida Etika Sari, guru piket yang bertugas pada hari itu juga turut bercuit, ia mengkritisi akan sanksi yang diberikan dan buruknya manajemen terhadap siswa, “Sanksinya memang kurang tegas, jadi mereka tidak jera. Terus kalau siswa keluar sekolah itu ya tinggal keluar masuk saja, kalau di SMA Gading itu harus meninggalkan kartu pelajar di pos satpam, jadi ketahuan yang sudah kembali atau belum,” tuturnya. Disinggung masalah rambut siswa yang menyalahi aturan guru lain turut berkomentar, “Rambut gitu bisa lolos karena penindakan yang dilakukan sekolah terus menurun setiap tahunnya, dulu sering diadakan razia sekarang sudah sangat jarang bahkan cenderung tidak,” tambah seorang guru.


Waka Kesiswaan SMAN 1 Ambaarawa, Rudi Purnomo, turut mengaminkan pendapat para guru, “Saya akui memang penindakan terhadap siswa yang melanggar turun. Dan razia sudah jarang dilakukan. Memang menurut saya juga hukum yang kita terapkan kurang tegas,” tuturnya. Pria yang akrab disapa Pak Rudi ini juga turut memberikan alasan mengapa peraturan yang dibuat seringkali tidak maksimal, “Aturan yang kita buat terkadang tidak maksimal karena kepala sekolahnya ganti-ganti terus dan setiap kepala sekolah punya aturannya masing-masing. Saya sebenarnya memberikan sanksi berupa fisik, misalnya hormat bendera, menyapu lingkungan, dan lainnya. Tetapi kepala sekolah maunya kaya menghafal pancasila, menyanyikan lagu nasional. Itu bagus tapi tidak menjerakan,” ungkap Pak Rudi. Ia juga berjanji pada hari senin mendatang akan diadakan razia terhadap siswa yang melaggar tata tertib sekolah, “Nanti kita umumkan akan ada razia supaya tidak ada salah prosedur, senin depan kita tindak siswa yang melanggar tata tertib sekolah,” janji pria yang berbadan agak besar tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Pencak Silat Tingkat Regional Jawa-Sumatera, SMAN 1 Ambarawa Raih Juara Umum 3

Lomba Menulis Cerpen, Puisi, Esai, dan Artikel Tingkat Nasional